Tak bisa dipungkiri kita hidup di era penuh kecamuk
kompetisi. Persaingan baik antar individu maupun kelompok semakin menyeruak
seolah-olah tidak kenal lelah mencari tahu siapa yang berhak di depan dan siapa
yang berhak di belakang. Jelas, persaingan ini membuat deras cucuran keringat,
bekerja keras memforsir tenaga, waktu, dan pikiran untuk menjadi pemenang.
Sebagian ada yang memiliki hasrat sukses namun hanya
setengah-setengah sehingga hanya hangat di awal.
Sebagian orang menganggap bahwa kemenangan tidak ada
artinya.
Tetapi, sebagian lagi menganggap bahwa kemenangan adalah
segalanya.
Persaingan bagaikan dua sisi mata uang, di satu sisi
memberikan pengaruh positif dan di sisi lain justru mengakibatkan dampak buruk.
Persaingan akan memberi dampak positif jika persaingan
adalah persaingan sehat dan dalam kebaikan. Dan sebaliknya, akan berdampak buruk jika persaingan
tersebut bernuansa kecurangan dengan motif keburukan.
Kesalahan memahami esensi persaingan mengakibatkan setiap
orang mengedepankan ego-nya untuk menjadi nomor satu.
Pada esensinya, persaingan merupakan gabungan dari
individu-individu di dalam satu tatanan yang saling berusaha untuk mencapai
suatu target tertentu. Setiap individu dalam persaingan akan memperoleh dampak
positif jika mereka bersaing dalam kebaikan. Bukan sekedar objeknya, tapi
subjeknya (si pelaku persaingan) harus positif, sehingga persaingan bukanlah
permusuhan, tapi adalah kerjasama untuk meraih kesuksesan bersama.
Arti persaingan yang sebenarnya bukanlah tentang bagaimana
untuk menjadi yang pertama, tapi bagaimana kita berjuang mengerahkan kemampuan
puncak. Ketika mengerahkan kemampuan puncak dalam persaingan kita telah
memenangkan banyak hal. Bukan sekedar penambahan skill ataupun pengalaman, tapi
bersiaplah Allah SWT sudah menyiapkan sebundel reward bagi mereka yang bersaing dalam kebaikan. Reward bukanlah untuk pemenang
persaingan, tapi untuk mereka yang telah mengerahkan kemampuan puncak.
Sebenarnya, kegagalan adalah milik mereka yang takut
bersaing dalam hidup. Maka berani hidup yaa harus berani bersaing.
Tetapi banyak orang salah kaprah dalam bersaing. Hasrat ingin
menjadi nomor satu membuat sebagian orang melakukan banyak cara agar menjadi
pemenang. Memahami bahwa tujuan persaingan adalah menjadi nomor satu
mengakibatkan banyak orang patah arang di awal, dan akhirnya dia tidak meraih
prestasi, bahkan ketika gagal ia akan mengalami kegundahan ‘akut’ karena tidak
mendapatkan apa yang dia usahakan.
Kemenangan sesungguhnya adalah bagi mereka yang telah
mengerahkan kemampuan puncaknya.
Pahamilah esensi persaingan dengan sebaik-baiknya, dengan
demikian maka akan tercipta mutualisme yang menjadikan setiap orang lebih baik.
Dengan memahaminya kita akna berani untuk bersaing, berani keluar dari zona
nyaman, dan berani untuk mengembangkan diri lagi di dunia yang penuh “pertarungan”
yang saling menguntungkan.
Aku yang masih belum wisuda,
di kota sesak penuh persaingan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar