Jumat, September 30, 2016

Diburu Malam

Lagi-lagi malam memburuku
Hingga aku terperangkap
Dalam kesunyian yang pekat
Setelah itu langit akan bersemangat
Menghantamku dengan tusukan-tusukan cahaya bintang yang indah tanpa perih

Lalu jagad raya pun tertawa
Melihatku terkapar dalam gelisah yang takut
Yaaa.. semua seolah tau aku sedang membeku
Diterjang badai kecemasan

Kesadaran ku mulai komposmentis
Waktu bisa menjawab meski kadang bukan jawaban
Aku butuh melangkah
Menembus waktu yang kian pengap
Seperti pagi ini, bunga-bunga di taman basah

Entah,

Karena hujan, embun, atau airmata.

baru saja mulai BAB I, ini masih awal,
masih ada BAB II, BAB III, dan seterusnya,
iya, ini proses. aku akan melalui nya.

Masa Kecil

Di suatu sore aku ingin kembali. Kepada taman bermain, ayunan, jungkat-jungkit, sepeda dan segala masa depan yang tertinggal di belakang. Berlari-lari terbangkan layang-layang, hingga ku tarik-ulur sampai tinggi diangkasa. Ada dedaunan yang kita percayai sebagai uang. Aku yang pernah menjadi guru, dokter, tentara, astronot. Dan aku pernah menjadi diriku sendiri. Keinginan yang selalu terpenuhi.
Saat malam tiba, ku buka dan ku baca isi buku-buku dongeng. Dan aku menemukan bayang-bayangku sendiri. Adakah kau merindukan masa kecilmu? Ya, aku sedang rindu-rindunya.

Sabtu, September 24, 2016

Berbaring Diatas Kertas

Bila kau pergi, pergilah sejauh-jauhnya. Pergilah, sampai kau sadar bila bumi ini bulat, semakin jauh kau pergi, semakin kau akan kembali.

Sampai suatu saat kau akan lelah oleh keinginanmu sendiri, semoga kau mengerti, yang mengerti kamu, hanyalah aku.

Aku seperti gelas air yang telah disiapkan, tetapi kau memilih haus.

Dalam segala lelah yang membuatku cemas. Untukku, kau tetaplah sehela nafas, yang tak pernah ingin ku lepas.

Jangan pernah merasa tidak berarti. Diluar sana, selalu ada yang tulus memejamkan mata, berdoa, lalu menyebut namamu. Yaitu aku.

Seburuk apapun kau dihadapan dunia, kau tetaplah duniaku. Karena takkan mungkin aku bisa menghindar, dari apa yang telah Tuhan tetapkan.

Teruslah berbohong, bohonglah sampai kau bosan berbohong, dan tunggu saat-saat itu tiba, yaitu ketika kau mulai rindu berkata jujur.

Bila kau tersadar dan mulai mencari aku, ingat-ingatlah apa yang kau lupakan. Karena kau akan selalu ada, pada hal-hal yang terlupakan.

Ya. Terimakasih Tuhan atas imajinasinya

Jumat, September 23, 2016

Tidak Rekat

aku pingsan yang beruntung sadar,

aku mati yang beruntung hidup,

aku kosong yang beruntung terisi,

percayalah, aku tak percaya keberuntungan.

ini menyakitkan.

aku luka, tanpa tau sebabnya.

ah tetaplah begitu, tetaplah jauh.

agar aku tau sakitnya diabaikan.

agar aku tau pedihnya terasingkan.

sebab yang dekat tak selalu rekat, bukan?

andai kau sedikit memahami, ada banyak hal yang aku katakan ketika diam.

ah yasudahlah...

Selamat Malam

kamu pun tahu, yang semula tidak saling ingin tahu, seketika menyatu.

seperti sepatu, aku tidak ingin yang lain meninggalkan yang satu.


sempatkanlah untuk memimpikanku ketika kamu tidur, selayaknya aku yang selalu memohon untuk bertemu denganmu dalam mimpi.


suatu saat akan tersampaikan, meski aku tak menyampaikan.


kamu akan mengetahuinya langsung, dari hujan yang turun dengan sangat sedihnya.


aku menyayangi segalamu, aamiin..


selamat malam, selamat tidur..



dipeluk sepi, ditemani sunyi.
memikirkanmu lagi, lagi, dan lagi.

Sabtu, September 17, 2016

TERA ERRAU

Selalu ada satu orang khusus yang akan mendengarmu, 
Dengan siapa kamu dapat bicara tentang hampir segalanya, 
Menjadi orang yang memahamimu ketika engkau butuh. 
Dia adalah yang datang kepadamu, bukan untuk bicara soal cinta, 
Tapi, untuk menghadirkan dirinya yang pandai membuat dirimu senang, membuat dirimu tenang. 
Dia mendengar perasaanmu, bahkan tanpa perlu kau ungkap melalui kata-kata. 
Ketika dia membuat dirimu tenang, kau mengerti untuk apa dia bersamamu, 
Dia adalah orangnya, yang akan merisaukan dirimu ketika jauh, dihari yang hujan, dan penuh petir, 
Kemudian dengannya kamu tersenyum, kamu ketawa, bahwa pada orang yang kau cintai tak akan pernah peduli dengan apapun yang kau takutkan. 
Berkata dia : “Jika aku mencintaimu sebagai benar-benar mencintaimu, sesibuk apapun diriku, selalu akan berusaha meluangkan  waktu untuk mu” 
Pelajaran, mendapat hikmah, kasih sayang datang darinya, dan engkau tidak usah mencarinya, karena dia selalu ada waktu untuk bersama dengan dirimu. 
Pikirkan atas kasih sayang yang dia berikan padamu, menjadi dasar diatas semua sikap dan perilakunya kepadamu, bahkan jika dia harus mengatakan “Aku mencintaimu” kamu merasa tidak perlu lagi untuk memeriksa kesungguhannya. 
Kamu hanya memiliki keyakinanmu sendiri, bahwa kamu mencintainya, dan itu serius. 
Adakalanya kamu marah kepadanya, tapi dia berkata, “Aku mencintaimu, biarlah ini urusan ku, bagaimana kamu kepada ku, terserah, itu urusanmu. 
Engkau tersenyum, dan ketika tidur, engkau teringat apa yang dikatakan nya, 
Jika aku sudah sayang tidak akan pernah berakhir. Bahkan ketika kamu ingin berhenti. 
Maka itulah yang akan kamu rasakan bersama dengan nya, jika benar dia ada, mengatakannya dalam gelombang logika dan perasaan. 
Asmara itu menggelora, dan kamu ingin bersamanya karena kamu tau dengan siapa kamu bisa tenang. 
Selalu ada satu orang khusus yang akan bersamamu, bakan jika cemburu, kau senyum, karena bukan api yang menghanguskan. 
Berterimakasihlah pada dirimu sendiri, sudah bisa membuat dia menyayangi dirimu, dan katakan lah, “Yang melibatkan diriku... Engkaulah ahlinya...

Sajak karya Ayah Pidi Baiq, 
berhasil membuat tetesan dari mataku.

Rabu, September 14, 2016

Tuhan, ijinkan dia menangis

Lihatlah dia terdiam menatap langit yang sepi tanpa hiasan.

Tak sadar matanya meneteskan air mata.
Menetes, menetes, dan terus menetes,

Sesekali dia usapkan tangannya pada matanya yang merah.

Bibirnya bergetar menahan jerit.

Entah apa yang telah terjadi pada dirinya, dia tak seperti biasanya.
Yang mereka kenal adalah dia yang ceria. dia yang penuh canda tawa dalam hari-harinya.

Sssssttttt... hei dengar!
Lirih pelan suaranya terlantun,

"Yaaaa Tuhan, apa yang harus aku lakukan? aku lelah, yang harusnya aku kuat. Tapi yaaa Tuhan, ijinkan aku menangis, biarkanlah aku melepaskan beban di hati ini. Maafkan aku, aku tak setegar Siti Maryam, maafkan aku yang tak seikhlas Ismail. Maafkan aku, aku meanangis. Biar, biar saja tetesan airmataku ini menjadi teman penghibur dimalam yang sunyi ini. Peluk aku yaa Tuhan.."

kasihan yaa dia?

Ter-random

ah lagi-lagi kamu tak paham isyarat.
ah lagi-lagi hati ini carut-marut.

duh aku tak ingin terlihat cemberut.
duh mengapa perasaan ini malah semakin larut?

bagaimana cara menyudahi ini?
tersiksa aku oleh persepsi akal, 
tenggelam aku dalam resah rasa.

aku tidak pernah mencintai sebenci ini.
aku hanya ingin pulih, dari kesedihan yang aku pilih.


Permainan Menunggu

Sudah begitu lama rasanya, seseorang di dalam aku masih saja mengumpat.
Dia pernah jatuh, tanpa mampu untuk bangun, dia rapuh.

Sudah begitu lama rasanya, dan semua terasa sangat terlambat.
Bagaimana harus merasakan, bila perasaan pun belum dikembalikan.

Sudah begitu lama rasanya, aku masih saja berduka di masaku yang padahal singkat.
Dan dengan cara yang entah, perlahan kamu memberiku arah.

Sudah begitu lama rasanya. sejak kesedihan kujadikan sebagai sahabat.
Kamu, aku sedang tersenyum dalam permainan menunggu.

Hilang

kamu bisa membuat aku hilang dalam sepersekian detik
dengan cepat kamu ubah warna pelangi
hanya menjabat tanganku ketika kamu jatuh
tapi dimanakah kamu saat aku jatuh?

hilangkah aku dari ingatanmu?
dihari kita saling berbagi
dihari kita saling mengerti
kamu pegang erat pundak ini
seakan aku tak bisa berjarak darimu

banyak cerita yang tertulis disini
tertera disebuah skenario hidup yang tak abadi
bila sang waktu nanti berhenti
dan kemungkinan cerita ini pun berhenti
semoga kau mengerti....

Waktu Kita

masih ingat waktu pertama kali kita bertemu?

masih ingat waktu pertama kali kita bertegur sapa?

iyaaa. waktu yang membawa kita..

masih jelas diingatan ku waktu-waktu itu, entahlah.. waktu-waktu itu kini menjadi memori indah yang manis untuk dikenang.

iyaaa, tepat sekali. aku sedang mengingat itu semua ketika ku menulis ini.

hmmm. ternyata sudah banyak waktu yang kita lalui bersama yaa?

kamu tau waktu yang paling aku suka?
ketika aku melihat kamu tersenyum dan aku menjadi alasan dibalik senyummu. rasa nya aku ingin menghentikan waktu saat itu.

kamu tau waktu yang paling aku benci?
yaa apalagi jika bukan ketika kamu murung, cemberut atau bahkan menangis? yang perlu kamu tau, saat-saat seperti itu yang aku lakukan adalah berusaha membuat kamu tersenyum kembali. maafkan tingkah aku yang mungkin terkesan alay, norak, dan lebay itu, yang sejujurnya demi sebuah senyum di bibirmu.

aku bersyukur Tuhan mempertemukan kita,
tak pernah menyesal aku karena bertemu kamu.

aku tak tau seberapa panjang lagi waktu yang tersisa untuk kita.
yang jelas, aku tidak ingin menyia-nyiakan sisa waktu ini.

disisa waktu yang ada ini, aku ingin mewujudkan impianku.
iya, impianku. salah satu impianku adalah semua mimpi-mimpimu terwujud.
semoga Tuhan mengizinkan.

jaga kesehatan yaaa, jangan lupa tersenyum, semangat terus!
ini aku, penikmat waktu bersama mu.

Selasa, September 13, 2016

Mendeskripsikan Rasa

Mendeskripsikan rasa?
Ah, ini sangat sulit.
Bahkan diriku sendiri tak mampu menjelaskan apa yang sedang hati ini rasakan.
Segala rasa berkecamuk dalam relung hati ini.
Bahagia, sedih, marah, kecewa, takut, lengkap semua.

Iya, itu karena kamu.
Kamu.
Terimakasih telah hadir di hidupku.
Terimaksih untuk tiap detik yang  kita lalui bersama.

Kamu.
Aku sayang kamu.
Nama mu selalu ku selipkan dalam tiap bait doaku.
Selalu ku mohon agar Tuhan senantiasa melimpahkan kebahagiaan di hidupmu.

Sejujurnya aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk kamu.
Berusaha menjadi alasan kamu bahagia, karena yang paling aku benci adalah ketika melihatmu sedih.
Ketahuilah, aku ingin selalu ada disisimu.
Menjadi bintang dalam malammu, atau menjadi pelangi setelah hujanmu.
Karena aku sayang kamu.


Tuhan, apa ini berlebihan? Maafkan aku Tuhan, aku menyayanginya, aku menyayanginya..